Senin, 17 Desember 2018

KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MANADO



KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG  MANADO



MANADO – ‘Tour de Manado’, salah satu kemasan acara Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Manado bekerja sama MCM (Manado Clycling Mania), komunitas sepeda paling bergengsi di Kota Manado sebentar lagi akan menghebohkan perayaan Manado Fiesta 2018.
‘Tour de Manado’ dikemas dalam dua lomba, yakni Fun Bike dan Speed Bike menghadirkan puluhan komunitas sepeda dari luar Sulut.
Kamis (6/9/2018), sebagian komunitas sepeda luar Sulut sudah tiba di Kota Manado. “Ada dua hotel disiapkan bagi peserta komunitas sepeda Tour de Manado. Hotel Peninsula dan Hotel Quality,” kata Ketua Komunitas Sepeda Kota Manado, Roy Andre.
Dirinya memprediksi target biker dari berbagai komunitas sepeda di luar Sulut sebanyak 60-an yang akan memeriahkan kegiatan ‘Tour de Manado’ dalam rangka Manado Fiesta 2018.
Komunitas MCM saat Meeting bersama Dispora Manado persiapan ‘Tour de Manado’.
“Yang sudah konfirmasi langsung akan datang sebanyak 35 peserta bahkan sejak beberapa minggu lalu mereka sudah beli tiket penerbangan ke Manado,” ungkap putra Kabupaten Touna, Sulteng yang telah sukses berkiprah di Kota Manado ini.
Yang cukup membanggakan, ada dua peserta atlet sepeda mantan Kejurnas Gunung Bromo dan dua peserta wanita dari Malang ikut dalam ‘Tour de Manado’.
Sementara komunitas sepeda luar negeri yang akan ikut, yakni dari Filipina.
“Yang sudah mengkonfirmasi ikut Tour de Manado khusus Speed Bike ini, yakni komunitas sepeda dari Jakarta, Kota Surabaya, Makassar, Papua, Gorontalo, Semarang juga ada dari luar negeri, yaitu Filipina,” tandas Roy.
Tour de Manado ini dalam rangka memeriahkan kegiatan Manado Fiesta 2018, Sabtu, 8 September 2019. Kegiatan ini dibagi dalam dua kemasan, yakni Speed Bike dan Fun Bike

Komunitas Sepeda Kota Manado yang tergabung dalam klub MCM (Manado Cycling Mania), mengaku siap mendukung event akbar Manado Fiesta 2018.
Ketua MCM Manado Royke Hendra Kalangi mengatakan bahwa pihaknya dalam beberapa kesempatan saat mengikuti hajatan lomba sepeda luar daerah telah mengajak komunitas-komunitas sepeda lain untuk menghadiri event Manado Fiesta yang akan digelar pada 31 Agustus sampai 9 September 2018.
“Kami pihak MCM telah mengundang sejumlah pecinta sepeda nusantara, untuk datang ke Manado sekaligus bisa menghadiri Manado Fiesta 2018. Semoga bisa banyak anggota komunitas sepeda yang bergabung, sekaligus menjajal medan-medan jalan yang cukup menantang di daerah ini beserta melihat obyek wisata dan kulinernya,” ungkap Kalangi, Selasa (14/8/2018).
Diketahui, Wali Kota Vicky Lumentut dan komunitas pecinta sepeda MCM pada Selasa (14/8) pagi tadi, bersepeda bersama dengan mengitari beberapa ruas jalan di Kota Manado yakni Jalan Piere Tendean boulevard hingga masuk kawasan Taman Kesatuan Bangsa dan menuju ke kantor Walikota Manado di bilangan Tikala.(ryn)


Sekian artikel saya yang ke-68, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Depok




KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG KALIMANTAN



KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG KALIMANTAN



Geliat cycling tumbuh merata di Indonesia. Banjarmasin, Kalimantan Selatan juga punya komunitas gowes, Patriot. “Namanya serem ya, Patriot! Kita punya motto, never give up! Jadi tidak boleh menyerah apapun kondisi bersepedanya. Mau nanjak berat, mau ngebut di jalan lurus, pokok tidak boleh menyerah!” buka Bhariansyah.
Pria yang akrab dipanggil Yayank ini termasuk satu dari enam orang pendiri Patriot tahun 2012 lalu. “Bersama Rivan, Agus Limantara, Hendra Senjaya, Chandra Taruna dan Wawang Sutanto, kita bikin komunitas ini. Awalnya mengandalkan sepeda seadanya. Pokoknya punya sepeda, berkumpul dan gowes bareng !” tuturnya tertawa.
 

Makin serius, Yayank dan kawan-kawan mulai upgrade sepeda dengan mountain bike (MTB). “Sesuai dengan jalur Kalimantan yang masih banyak offroad dan hutan-nya,” tutur Wawang.
Sepeda MTB adalah cikal bakal komunitas Patriot di tahun 2012. 
Berjalannya waktu, anggota Patriot kian banyak dan semuanya menggunakan MTB. “Kita semua satu visi yaitu ingin sehat dengan bersepeda. Tentunya juga cari teman. Jadi cepat berkembang komunitas ini. Mencapai lebih dari 60an anggota saat itu,” imbuh Yayank.
Tetapi empat tahun terakhir ini, Patriot terpecah menjadi dua kelompok. Bukan negatif, tapi malah positif. Terpecah karena ada beberapa anggota yang beralih ke road bike.
Bermula dari Chandra dan Agus yang iseng beli road bike. Lalu digoweslah di sana, eh, banyak teman-teman Patriot tertarik pindah aliran. “Sayangnya, susah menyatukan jadwal gowes bersama antara penyuka road bike dan MTB. Jadi tidak masalah jalan sendiri-sendiri yang penting masih satu nyawa, Patriot Never Give Up!” bilang Chandra.
Makin eksis di dunia road bike, Patriot melangkah lebih serius. Tahun 2016, mengadakan even road bike perdana, Patriot Granfondo. Dengan rute Banjarmasin – Bentok – Riam Kanan – Banjarmasin sejauh 120 km.
Even perdana Patriot Granfondo yang sukses diikuti 120 cyclist dan menempuh jarak 120 km dari Banjarmasin ke Riam Kanan dan balik ke Banjarmasin lagi.
Dukungan Polda Kalsel yang saat itu dijabat oleh Irjen Pol Drs. Erwin Triwanto, S.H sangat besar dan berarti. Terutama pengaman jalan sepanjang rute Granfondo sangat bersih membuat 120 cyclist nyaman bersepeda.
 

Sukses dengan acara perdana, tahun 2017 diadakanlah lagi even Gowes Bareng (Gobar) Banjarmasin – Palangkaraya sejauh 200 km yang diikuti 80 cyclist.
Untuk tahun 2018 ini, Patriot sudah punya agenda gowes yang seru. Keluar dari Kalimantan biar lebih menarik. “Kita akan gowes di seputaran Malang – Batu. Ini masih direncanakan rute dan tanggalnya,” bisik Yayank.
Menurutnya, seluruh anggota Patriot memiliki komitmen untuk kesuksesan even. Jadi mereka tidak memikirkan untung ruginya. “Yang penting acara jalan lancar dan banyak teman. Toh ini acara juga dari kita, oleh kita dan untuk kita. Misinya mempererat persaudaraan antar cyclist Kalimantan!” imbuh Trisutrisno Chandra, sekretaris Patriot.
Komunitas sepeda Patriot bersama Kapolda dan Wakapolda Banjarmasin.
Selain Patriot terus dinamis dengan membuat even, Yayank yang menjabat sebagai ketua sejak 2015 ini punya tekad untuk menjadikan anggotanya sehat. Sudah banyak anggota yang mencapai berat badan ideal dengan bersepeda. Salah satunya, Chandra Taruna Sofyan.
Meski begitu, masih banyak anggota yang belum memiliki tubuh ideal. “Setiap selesai gowes makannya banyak. Masih ada beberapa yang kalo pesan jersey harus nambah biaya karena size yang sangat besar hingga 5XL. Tapi tidak masalah, kita di sini berteman sehat,” cerita Yayank.
“Rute kuliner biasanya Sabtu dan Minggu,” tukas Hendra Senjaya, wakil ketua Patriot. Tapi Yayank memberikan peraturan, sebelum kuliner, harus menyelesaikan rute favorit, Trikora. Jalannya mulus dan sepi tapi ada rollingnya jadi tidak membosankan.
“Pergi pulang bisa dapat 70 kilometer dan biasanya kita kebut-kebutan di situ tiap hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Jika ada yang ingin pulang pagian bisa potong rute balik ke Ahmad Yani lagi untuk pulang,” imbuh Hendra.
Patriot road bike berfoto bersama di Tahura, salah satu tanjakan paling ditakuti di Banjarmasin.
Buat climber, ada rute yang ditakuti yakni Benteng Belanda di daerah Tahura. “Saya sering latihan nanjak ke sana. Panjangnya lima kilometer dengan gradien maksimal 14 persen. Di puncaknya ada bunker peninggalan Belanda,” pungkas Chandra.
Selesai latihan, sudah pasti Office Café, depot nasi kuning di Oncen dan Dapur Jawa jadi jujugan anggota Patriot untuk refreshing sekaligus ngobrol. Sudah pasti ngobrolin soal sepeda dan pernik-perniknya. Tak terkecuali saling membully dan bergurau. (mainsepeda)




Sekian artikel saya yang ke-67, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Manado




KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MEDAN



KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MEDAN
MINGGU pagi jadi hari paling ditunggu bagi ratusan pese­peda yang tergabung di Medan Cycling Club (MCC). Kilometer Nol, persisnya kawasan Kantor Pos Besar Medan dijadi­kan titik kumpul. Tepat pukul 07.30 WIB, mereka ber­gegas menuju jalur yang sudah disepakati, bisa ke rute mendaki menuju Namo­rambe, Sibolangit, atau Talunkenas, bisa juga menyusuri jalanan mulus beraspal.
Jalur mulus di inti kota hingga ke objek wisata Pantai Cermin sudah sering dilalui, pun jalur arteri menuju KNIA dan memutar dari Lubuk Pakam untuk kembali ke arah Medan. “Kalau jalanan mulus sudah tidak terhitung jarak yang dilalui, Bang. Termasuk jalur menuju puncak di Berastagi dan Kabanjahe,” ungkap Ketua MCC Ahmad Hadi Said kepada Analisa, Jumat (2/2).
Bersama ratusan anggotanya, di penghujung tahun lalu, MMC bahkan menempuh rute panjang hingga 250 kilometer, dari Medan-Berastagi-Kaban­jahe-Merek-Raya-Pema­tangsiantar dan kembali ke Medan. Menggembirakan, anggota tertua di MCC, H Nazmi (73) juga turut dalam tur  tersebut. “Yang ikut rata-rata umurnya di atas 50-an tahun”.
Tur itu mengulangi kesuksesan dua tahun sebelumnya, yakni berjarak 180 km dengan rute Parapat, Pema­tangsian­tar, Tebingtinggi, Dolok­masihol, Ga­lang, Lubuk Pakam, dan Medan dengan waktu tempuh 10 jam bersepeda.
Khusus tur mengelilingi kawasan Danau Toba, akhir Maret mendatang akan kembali mereka gelar. Meski tidak terjadwal rutin, tur mendatang merupa­kan kali keempat mengitari Pulau Samosir. “Kali ini rutenya dirubah, dari Medan ke Tele-Panguruan-Nainggolan-Tomok dan kembali ke Medan,” papar Said.
Bagi warga Sumut, nama MCC sudah sangat dikenal. Komunitas bersepeda yang mengandalkan kekuatan dengkul untuk memacu mountain bike (MTB/sepeda gunung) tidak pernah absen dari gelaran bersepeda yang diselenggarakan berbagai instansi. Baik di Sumut, bahkan hingga ke provinsi tetangga, Aceh.
Secara internal, kemampuan personel MMC yang pada 25 Desember 2017 lalu sudah memuncaki usia ke-22 tahun itu, melintasi berbagai rute dan medan berat seperti susur sungai, jalanan menanjak dan terjal, serta turunan curam sudah tidak diragukan. Kalender Geobike Caldera Toba yang terjadwal setiap tahun, pun tidak pernah mereka lewatkan.
Kekeluargaan
Mengedepankan silaturahmi dan kekeluargaan, anggota MCC dari berbagai profesi, ragam kalangan, dan bergam usia itu tidak membatasi siapa pun yang ingin bergabung. Dinamika organisasi dengan ke luar-masuknya anggota, menjadi hal tidak terelakkan bagi komunitas yang segera berpindah alamat sekretariat dari Jalan Bajak V ke Jalan Bajak II Pasar IX dekat Kanal Marindal. “Tidak ada iyuran anggota, untuk keperluan tur dan lainnya, semua spontanitas dan atas dasar keke­luar­gaan,” kata Said.
Sikap kekeluargaan bahkan tercermin saat merayakan ultah MMC lalu. Meski dirayakan secara sederhana dengan kenduri nasi tumpeng, anggota tertua mendapat penghormatan untuk paling pertama disuapi. “Akrab dan penuh kekeluargaan tentu saja. Perayaan HUT itu sebagai ungkapan rasa syukur atas jalinan silaturahmi yang dibangun antarsesama anggota.”
Tidak ada persyaratan khusus untuk yang mau bergabung, yang penting punya MTB. Soal merek dan jenis, terpulang dan disesuaikan dengan kemampuan pribadi masing-masing. Untuk kemudahan, yang penting ukuran MTB harus sesuai dengan umur dan tinggi badan pemiliknya.
Sepeda mahal tidak menjamin enak digowes, apalagi kalau ukurannya tidak selaras dengan yang menaiki. “Boleh saja membeli MTB yang mahal asal sesuai kemampuan isi kantong. Kami juga sering memberi masukkan tentang kesesuaian antara sepeda dengan pemiliknya, makanya setiap pertemuan rutin Minggu pagi selalu ada diskusi kecil di antara kami,” paparnya.
Selain saling mengisi untuk urusan sepeda yang cocok, beberapa anggota senior juga membimbing anggota baru tentang bersepeda yang baik dan nyaman. Ukuran tinggi sadel sering men­jadi perhatian khusus, termasuk cara memanfaatkan gigi kecepatan di medan yang berbeda; untuk jalanan rata, mendaki, hingga menurun.
Faktor keselamatan bersepeda juga menjadi hal yang tidak pernah mereka abaikan. Apalagi, tujuan utama berse­pada adalah demi kesehatan. Bagaimana bisa sehat kalau keselamatan bersepeda terbaikan? Makanya keharusan menge­na­kan helm, sepatu, kostum yang nya­man, dan kelaikan sepeda kerap jadi perhatian.
Said menekankan, setiap jenis olahraga memiliki kekhasan tersendiri. Namun, apa pun jenisnya harus tetap dilakukan dengan cara yang tepat, ruti­nitas latihan, dan stamina yang prima. Kalau tidak, bisa berakibat buruk.
Tentu hal tersebut juga berlaku untuk olahraga bersepeda. Satu yang menjadi keharusan sebelum menggowes, apa itu? Harus punya MTB dulu.



Sekian artikel saya yang ke-66, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Kalimantan

Sabtu, 08 Desember 2018

KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MAKASAR


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MAKASAR


Olahraga menggunakan apapun, atau dengan cara apapun, selalu berdampak baik untuk kesehatan tubuh. Dan, jika dilakukan secara teratur, akan membuat tubuh lebih bugar, fresh, dan lebih tahan terkena serangan penyakit. Begitupun juga berolahraga menggunakan sepeda. Misalnya, dengan mengayuh sepeda dapat memperkuat otot pada bagian tubuh. Termasuk meningkatkan stamina.
Secara umum, sepeda merupakan salah satu alat transportasi yang dijadikan sebagai media rekreasi, sekaligus olahraga. Selain menyehatkan raga, bersepeda, juga dapat menjaga kesehatan jiwa. Dapat pula digunakan semua orang dengan segala usia. Baik laki-laki, maupun perempuan. Dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Karena itu, saat ini banyak orang ramai-ramai menggemari sepeda. Ada yang menikmati sendirian, berduaan. Bahkan ada pula, para pesepeda membentuk kelompok-kelompok kecil. Tidak ada salahnya, para kelompok ini menamai dengan sebutan komunitas. Dari komunitas inilah akan terbangun semangat, tercipta kebersaaman, kekeluargaan, saling menemukenali. Dan, yang lebih penting adalah mempererat tali silaturahmi.
Dari sini pula, akan lahir gagasan-gagasan penting. Untuk itu, bagi Anda yang ingin mengikuti komunitas yang menguntungkan dan menyehatkan ini, maka salah satu jenis komunitas yang bisa dipilih adalah sepeda. Banyak orang yang memiliki alasan tersendiri mengapa mereka bergabung dengan komunitas yang satu ini. Salah satunya, agar mereka bisa memiliki waktu senggang yang bisa digunakan untuk sesuatu yang menyenangkan.
Di komunitas sepeda, tentunya, agar mereka bisa memiliki tubuh yang awet muda. Bahkan para peneliti mengatakan, dengan bersepeda maka Anda pun akan mampu untuk membuat tubuh terbebas dari masalah penyakit jantung, gagal ginjal, dan juga masalah lainnya.
Keistimewaan lain dari bersepeda adalah, dapat merangsang otot-otot kecil dari vertebra yang sulit untuk dilakukan oleh jenis latihan lainnya. Hal ini dapat membantu mengurangi kemungkinan sakit punggung.
Pride Makassar Bike Community salah satunya. Komunitas sepeda yang satu-satunya digawangi seorang srikandi (perempuan,) Ir.Isnayni Sahabuddin ini mengangkat moto “Enjoy Your Ride. Nikmatilah bersepeda”.
Kehadiran Pride Makassar Bike Communitas, demikian Isnayni Sahabuddin, tentunya memberi nilai tambah bagi keberadaan komunitas sepeda di Kota Daeng ini. Disisi lain, Pride Community adalah salah satu komunitas pesepeda yang lahir dan digagas orang-orang yang antusias dengan olahraga bersepeda.
“Bersepeda kapanpun dimanapun dan sepeda apapun, tapi yang paling penting adalah, berusaha untuk menyehatkan diri,” tutur Isnayni Sahabuddin yang mengawali kegiatan bersepeda sejak tahun 1996. Dan bergabung di PCC Panin Cycling Club, tempat dia berkerja (Bank Panin Tbk) tahun 2006. Dilanjutkan dengan pembentukan Komunitas Khusus Perbankan Karebosi Bankers Cycling Club (KBCC) di bawah nauangan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Sulsel.
Nhenny, sapaan warga Jalan AR Hakim Blok i/3 Makassar dan alumni Fakultas Teknik Jurusan Arsitek Universitas Hasanuddin ini mengakui, untuk dikenal dan lebih mendekatkan diri dengan masyarakat, Pride Makassar Bike Community, Minggu, 15 November 2015 menggelar bersepeda (gowes). Sedikitnya 25 komunitas sepeda se Sulsel turut serta dalam kegiatan yang dimulai dari Sekretariat Pride, Jalan Masjid Raya nomor 176 Makassar, atau persis di Warkop 7 dan finish di Tanjung Angin Mammiri (Tanjung Bayang).
Untuk memeriahkan kegiatan tersebut, demikian ibu dua orang anak masing-masing Ananda Ulvira Fathiha (16 tahun) dan Muh.Fardhan Zidhan (14 tahun), sejumlah komunitas sepeda dari berbagai daerah diantaranya, TCC Takalar, SSC Sengkang, Zatoe Parepare, Fajar Cycling Comunity, KBC Gowa, serta Passapedana Tonasa Pangkep. Hadir pula sejumlah pecinta sepeda dari Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) yang diwakili Puang Ancu, Wahyu Jayadi, Bam, Una dan lainnya. Kehadiran komunitas sepeda dari kabupaten ini menambah semarak.
Menurut anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Sahabuddin Gading (Alm) dan Sri Salmiyah ini, bersepeda cukup baik untuk berolahraga ringan. Bahkan, dirinya bertambah senang, saat melihat-lihat beberapa pesepeda datang dan terlibat dalam sebuah perbincangan ringan. Komunitas ini, sekaligus turut mensosialisasikan semangat bersepeda dan peduli lingkungan, dengan visinya memasyarakatkan bersepeda dan menyepedakan masyarakat.
Soal pengalaman bersepeda, Nheny telah melanglang buana ke berbagai daerah/kota di Indonesia. Terakhir, tanggal 4-6 Desember lalu dirinya mengikuti tour ke Manado, Sulawesi Utara.
Perempuan berdarah Bugis campuran, ayah asal Takalar-Parepare dan ibu Palopo ini mengemukakan, Pride dapat diartikan kebanggaan atau harga diri. Bisa juga diartikan pesepeda yang membanggakan. Kedepannya, komunitas yang dipimpinnya bakal menjadi salah satu komunitas sepeda yang besar di Kota Angin Mammiri ini. Dan tak kalah penting, turut mendukung Maju Terus Makassar, seperti didengungkan pasangan Walikota Makassar, Moh Rahmdan Pomanto-Syamsu Rizal MI. (din)



Sekian artikel saya yang ke-65, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Medan


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MALANG


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MALANG



Gowes adalah aktifitas yang menyehatkan, kali ini Cak Mar akan membahas salah satu info malang raya yang banyak dicari wisatawan dan goweser seluruh indonesia bahkan dunia. Apa ituu … Rute gowes atau Jalur Gowes. Malang dengan kelengkapan wisatanya ternyata banyak muncul pula rute rute dan tujuan wisata yang ditempuh dengan gowes. Berbagai komunitas gowes juga bermunculan di malang raya ini. Mulai dari kelas hobi sampai kelas atlit profesional. Mulai club perumahan sampai klub lintas perumahan. Mulai dari sepeda MTB mountain bike sampai sepeda RB road bike.
Di Malang sendiri hampir rutin dilakukan aktifitas gowes malam hari seminggu atau sebulan sekali di area kayutangan kota malang dan pastinya di acara car free day di jalan ijen setiap hari minggu.
Kemudian pula siapa yang tidak kenal dengan anom harya, penjelajah rute sepeda area malang. Di web pribadinya banyak dimuat kisah kisah dan info tentang rute dan jalur sepeda. Kemudian kita mengenal dengan komunitas gowes jelajah. Ada juga komunitas sobo alas. Termasuk juga komunitas yang Cak Mar ikuti yaitu Tirtasani Gowes Community alias TGC, dan Jelajah Malang Gowes Community alias JMGC untuk yang lebih luas.
Menyadur dari beberapa kisah dan perjalanan mereka, tentunya halal kita review dan sebut rute dan destinasi yang ciamik untuk gowes. Berikut liputannya …..
Searah jarum jam kita akan mulai dari area timur-selatan-barat-utara
A. Wilayah Timur
1. Rute Bromo
Area bromo
B. Wilayah Selatan
C. Wilayah Barat
D. Wilayah Utara
Sanggup mencoba, paculah sepedamu dari sekarang. Mau MTB atau RB tinggal sesuaikan saja dengan jalur yang akan kalian lewati.





Sekian artikel saya yang ke-64, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Makasar


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG JOGJA


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG JOGJA




Jogja dahulu kala adalah kota ramah sepeda. Kendaraan bertenaga manusia ini identik mendominasi ruas-ruas jalan sekitar tahun 70-an. Termasuk generasi ayah ibu kita, boleh jadi merasakan masa-masa indah demikian pula. Jogja di waktu tersebut belum menjadi target utama kedatangan para pelajar rantau se-nusantara dan para pengusaha. Kendaraan-kendaraan pencipta karbondioksida dan gedung-gedung hotel megah masih belum mewarnai atmosfer si kota gudeg tercinta.
Di masa sekarang, sepeda tidak hanya difungsikan sebagai sarana transportasi utama dalam kota. Dia sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jogja pada umumnya. Hal itu diikuti dengan bertumbuhnya komunitas pesepeda dengan ciri masing-masing. Maka wajar, jika jadwal gowes bareng setiap minggunya selalu ada. Di beranda facebook saya, undangan semacam itu tidak habis-habis. Saya share saja meskipun tidak semuanya bisa diikuti.
Sabtu dan Minggu adalah waktunya para pekerja kantoran, termasuk saya, untuk bertemu rekan-rekan sesama pesepeda dari beragam latar belakang profesi. Tidak kalah marak, acara gowes bareng di malam hari dengan rute sekitaran kota hingga blusukan ke desa-desa dengan penerangan minimal. Tinggal memilih mau ikut yang mana, dan kuatnya sampai mana.
Gowes bareng komunitas, biasanya tidak perlu pendaftaran maupun ditarik biaya. Penyelenggara pun tidak membatasi jenis sepeda yang dimiliki peserta. Kecuali itu merupakan event tahunan, misalnya jambore nasional sepeda Federal atau sepeda lipat.
Ada begitu banyak komunitas sepeda yang terbuka dan ramah terhadap para pesepeda lain ketika mengadakan acara gowes bareng. Mereka tidak merasa perlu menyeleksi siapa-siapa saja yang bisa menjadi peserta. Tidak pula mewajibkan peserta untuk memakai jersey mereka agar seragam dari barisan depan hingga belakang. Apa yang harus ditaati adalah rambu-rambu lalu lintas, agar tidak mengganggu para pemakai jalan. Pertemanan selain bertemu muka, juga dieratkan melalui media sosial facebook. Dimulai dari nge-tag foto, bisa lanjut janjian buat ikutan gowes bareng berikutnya.
Saya bahas deh beberapa komunitas sepeda di Jogja, siapa tahu ada yang juga sedang mencari-cari informasi.
Kalau punya sepeda lipat (seli), boleh banget gabung dengan Jogja Folding Bike (FJB). Awal Maret kemarin saya ikut gowes bareng mereka ke Imogiri. Jika menganggap seli adalah milik kaum urban yang tidak kuat mengayuh pedal hingga jarak jauh, sebab jika lelah tinggal dilipat dan masuk ke bagasi mobil, eit tunggu dulu. Meski diameter ban seli hanya 16 inci, alias 7 inci lebih kecil dari ban standar, Mbak Dyah Purwanti dan teman-temannya begitu tangguh melewati tanjakan demi tanjakan dengan kayuhan yang stabil sementara saya memilih loncat turun dari sepeda dan menuntun bersama pesepeda lain. Bukan perkara sepeda apa yang dipakai, tapi siapa yang memakai sepeda itu, adalah penentunya. Buka pula album foto FJB, baru-baru ini mereka mem-posting gowes bareng ke Magelang untuk peresmian komunitas seli di sana.
Lanjut, yang kedua adalah komunitas sepeda tinggi. Mereka akan muncul dan ramai-ramai bergabung di event bulanan Jum’at terakhir bertajuk; Jogja Last Friday Ride (JLFR). Selebihnya, saya hanya sesekali melihat mereka beredar di jalanan. Omong-omong, jujur saja saya belum punya keberanian menjajal tipe yang satu ini. Naik dan turunnya sama-sama membutuhkan timing yang tepat. Salah cara, bisa-bisa jatuh dari ketinggian 3 meter. Oh ya, saya punya teman bernama Bekti. Dia aktif pula di komunitas Jogja Garuk Sampah. Masih 18 tahun tapi sangat peduli lingkungan.
Jika melihat sebuah sepeda onthel dengan plat P O NO, tidak lain tidak bukan milik salah satu member dari komunitas sepeda kuno Jogja. Pak Pono membuat tunggangannya terlihat cantik dengan beragam aksesori lampu dan bel segala bunyi. Dia begitu mudah mengingat nama orang. Ah, atau nama saya yang terlalu mudah diingat orang, ya? Selain pesepeda lipat, jangan pernah meremehkan para penunggang sepeda onthel kelas master. Saya memang belum pernah melihat bapak satu anak ini berfoto dengan mengangkat sepeda seperti tren yang sedang digandrungi para pemilik sepeda karbon kekinian. Tapi melihat dia berfoto di Spot Riyadi membuat saya ingin memberikan standing ovation.
Di kantor, saya baru ngeh jika ada seorang pesepeda DH (downhill) yang sudah pensiun dini. Miranto namanya. Aktivitas komunitas ini tidak jauh-jauh dari kebut-kebutan menuruni bukit dengan sepeda yang memang dirancang ringan, bodi kuat, dan ban khusus. Dua pesepeda DH yang saya kenal sama-sama pernah mengalami kecelakaan parah dengan muka mendarat lebih dulu. Jika Miranto kapok dan menjual sepeda yang seharga satu motor bebek baru, Mbak Ratna Widayanti masih terus ber-DH hingga usianya sekarang menginjak 35 tahun dan sudah punya anak.
Komunitas Bike to Work yang saya tahu sangat taat peraturan lalu lintas. Ketika lampu merah, mereka berhenti di ruang tunggu sepeda yang berwarna hijau atau di belakang zebra cross. Setiap berkendara, helm selalu di kepala. Selalu berjalan di jalur sepeda di sisi kiri jalan yang malah digunakan parkiran tukang becak maupun kendaraan lain. Mereka datang dari kalangan pekerja. Gathering mingguan mereka setiap Rabu, pukul 4 sore. Jelas saya tidak pernah bisa ikut. Tapi untunglah minggu lalu mereka membuat agenda gowes bareng di malam hari. Kami menikmati malam menyusuri pedesaan nan gelap dan berkerikil selama satu setengah jam. Keringat bercucuran di malam yang berudara sejuk. Bulu kudu pun merinding ketika ada yang bercerita tempat yang kami lewati ada arwah prajurit Jepang gentayangan.
Bagi penggemar road bike alias sepeda balap, coba aja gabung ke Keong Gowes Road Bike. Jadi jangan heran kalau pesepedanya gemar mengayuh pedal dengan kekuatan penuh. Bodi road bike dirancang agar ringan, ditambah rodanya yang tipis mirip fixie. Digunakan untuk turnamen balap sepeda, semisal Tour de France. Jika gowes bareng, mereka ini akan terlihat kompak dari kecepatan mengayuh hingga jersey. Pantangan road bike adalah jalanan tanah. Di jalanan beraspal, mereka menjadi raja yang sulit terkalahkan. Harga sepeda mereka tidak ada yang kisaran satu juta. Menabunglah jika ingin punya satu unit.
Bersepeda zaman sekarang tetap sama menyenangkannya dengan zaman dahulu. Menambah teman baru yang sehobi sudah pasti. Anda tidak akan disumpahserapahi pesepeda lain karena ber-kring-kring ria. Keseduluran sesama pesepeda di Jogja boleh jadi tidak akan ditemukan di tempat-tempat lain. Lagi-lagi unsur akar sejarah bersepeda menjadi alasan mengapa begitu hidupnya komunitas sepeda di Jogja.
Akhir kata, sepeda sih boleh saja beda-beda, tapi bukankah kesenangan yang didapatkan dari mengayuh sepeda lipat, sepeda tinggi, sepeda kuno, sampai road bike adalah sama? Jalanan yang dilalui pun sama. Yuk, gowes bareng di Jogja!


Sekian artikel saya yang ke-63, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Malang

KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG DEPOK

KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG DEPOK



Komunitas MTB Gokill Depok adalah sebuah komunitas sepeda gunung yang terbuka bagi siapapun yang memiliki kegemaran yang sama dengan mereka. Komunitas ini sebenarnya sudah sering berkumpul di track sepeda UI (Universitas Indonesia) sejak tahun 2007 namun mereka baru membentuk sebuah komunitas resmi pada tahun 2010 yang diberi nama MTB Gokill Depok. Salah satu anggota komunitas ini yaitu Achmad Firdaus, menceritakan tentang komunitas MTB Gokill Depok dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan. “MTB Gokill Depok beranggotakan sekitar 25 orang.

 Kami sering bersepeda di daerah Sawangan, Depok. Kadang kami juga ngaprak,” jelasnya sambil tertawa. Namun walaupun cuma “ngaprak”, mereka memiliki beberapa prestasi dalam kompetisi di bidang ini. Komunitas ini pernah menjuarai kompetisi Urban Down Mall Competition, Point Square lebak Lubus (2011), Jalur Pipa Gas BSD Serpong Tangerang (2009) dan Valentine DownHill Gunung Pancar Bogor (SEBEX). Selain di daerah Depok, Jawa Barat MTB Gokill Depok juga punya program BikePacker 2 bulan sekali ke luar kota. “Kalo yang mau ikut gabung sama kita dateng aja ke track sepeda hutan UI setiap hari minggu jam 07.00-11.00 kita welcome banget kalo ada yang engga punya sepeda pun nanti kita pinjemin,” tambah Achmad Firdaus yang biasa disapa Daus.



Sekian artikel saya yang ke-62, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Jogja

KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG TANGERANG


KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG TANGERANG




Berawal dari bertemunya sekelompok penghobi sepeda gunung tepatnya didaerah Citraland Surabaya, para bikers ini asyik ngobrol dan bertukar pikiran tentang dunia sepeda dan saat itu juga terlontar ide untuk membentuk sebuah komunitas sepeda. Dari obrolan dan gagasan para penghobi sepeda itu, tepatnya tanggal 8 Agustus 2008 terlahirlah sebuah komunitas sepeda yang diberi nama GESS.

Adapun GESS merupakan singkatan dari Gemar Engkol Sepeda Surabaya. Dengan berjalannya waktu GESS semakin banyak anggotanya dan terkoordinir, anggota GESS saat ini berjumlah lebih dari 50 anggota yang terdaftar dan terdiri dari anak muda, orang tua, laki-laki dan perempuan yang menyukai aktifitas dan gemar olahraga bersepeda. Anggota GESS tidak hanya untuk mereka yang mempunyai sepeda bermerk atau model terbaru, tetapi apapun merknya dan bentuknya yang penting sepeda MTB.

Tujuan terbentuknya komunitas GESS adalah membentuk indahnya kebersamaan antar sesama penghobi sepeda dan mengajak hidup sehat dengan olahraga sepeda. Anggota Komunitas GESS setiap minggu pagi dan jum'at malam berkumpul di daerah taman bungkul tepatnya di depan Bank Jatim Syariah Jl. Raya Darmo. selain bersepeda bareng menyisir pinggiran kota Surabaya, GESS juga sering mengadakan acara Touring ke luar kota dan daerah pegunungan di daerah jawa timur. Untuk teman-teman, saudara, sanak keluarga yang ingin gabung dengan GESS CYCLING COMMUNITY SUROBOYO bisa datang langsung ke tempat nongkrong kami di :
* Taman Bungkul tepatnya depan Bank Jatim Syariah Jl. Raya Darmo
  (Setiap minggu pagi dan jum'at malam)
* sekretariat : 
  1. Jl. KIntamani No. 7 Surabaya, Telp. 082131358855
  2. Jl. Krembangan Jaya Selatan 2 No.33-34 Surabaya,
     Telp. 03170600096 - 03171137740

Susunan Kepengurusan GESS :  

Ketua        : ANDI ST.
Wakil Ketua  : SOETIKNO
Sekretaris   : FITRI
Bendahara    : JULI
Humas        : 1. HERI
               2. SUTRIS

Keamanan     : 1. NURCHOIRI
               2. H. ROKHIM
               3. SISWONO
                4.SISWANTO
               5. ABD.RAHMAN

Sekian artikel saya yang ke-61, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Depok