KOMUNITAS SEPEDA GUNUNG MEDAN
MINGGU pagi
jadi hari paling ditunggu bagi ratusan pesepeda yang tergabung di Medan
Cycling Club (MCC). Kilometer Nol, persisnya kawasan Kantor Pos Besar Medan
dijadikan titik kumpul. Tepat pukul 07.30 WIB, mereka bergegas menuju jalur
yang sudah disepakati, bisa ke rute mendaki menuju Namorambe, Sibolangit, atau
Talunkenas, bisa juga menyusuri jalanan mulus beraspal.
Jalur
mulus di inti kota hingga ke objek wisata Pantai Cermin sudah sering dilalui,
pun jalur arteri menuju KNIA dan memutar dari Lubuk Pakam untuk kembali ke arah
Medan. “Kalau jalanan mulus sudah tidak terhitung jarak yang dilalui, Bang.
Termasuk jalur menuju puncak di Berastagi dan Kabanjahe,” ungkap Ketua MCC
Ahmad Hadi Said kepada Analisa, Jumat (2/2).
Bersama
ratusan anggotanya, di penghujung tahun lalu, MMC bahkan menempuh rute panjang
hingga 250 kilometer, dari Medan-Berastagi-Kabanjahe-Merek-Raya-Pematangsiantar
dan kembali ke Medan. Menggembirakan, anggota tertua di MCC, H Nazmi (73) juga
turut dalam tur tersebut. “Yang ikut rata-rata umurnya di atas 50-an
tahun”.
Tur itu
mengulangi kesuksesan dua tahun sebelumnya, yakni berjarak 180 km dengan rute
Parapat, Pematangsiantar, Tebingtinggi, Dolokmasihol, Galang, Lubuk Pakam,
dan Medan dengan waktu tempuh 10 jam bersepeda.
Khusus tur
mengelilingi kawasan Danau Toba, akhir Maret mendatang akan kembali mereka
gelar. Meski tidak terjadwal rutin, tur mendatang merupakan kali keempat
mengitari Pulau Samosir. “Kali ini rutenya dirubah, dari Medan ke
Tele-Panguruan-Nainggolan-Tomok dan kembali ke Medan,” papar Said.
Bagi warga
Sumut, nama MCC sudah sangat dikenal. Komunitas bersepeda yang mengandalkan
kekuatan dengkul untuk memacu mountain bike (MTB/sepeda
gunung) tidak pernah absen dari gelaran bersepeda yang diselenggarakan berbagai
instansi. Baik di Sumut, bahkan hingga ke provinsi tetangga, Aceh.
Secara
internal, kemampuan personel MMC yang pada 25 Desember 2017 lalu sudah
memuncaki usia ke-22 tahun itu, melintasi berbagai rute dan medan berat seperti
susur sungai, jalanan menanjak dan terjal, serta turunan curam sudah tidak
diragukan. Kalender Geobike Caldera Toba yang terjadwal setiap tahun, pun tidak
pernah mereka lewatkan.
Kekeluargaan
Mengedepankan
silaturahmi dan kekeluargaan, anggota MCC dari berbagai profesi, ragam
kalangan, dan bergam usia itu tidak membatasi siapa pun yang ingin bergabung.
Dinamika organisasi dengan ke luar-masuknya anggota, menjadi hal tidak
terelakkan bagi komunitas yang segera berpindah alamat sekretariat dari Jalan
Bajak V ke Jalan Bajak II Pasar IX dekat Kanal Marindal. “Tidak ada iyuran
anggota, untuk keperluan tur dan lainnya, semua spontanitas dan atas dasar kekeluargaan,”
kata Said.
Sikap
kekeluargaan bahkan tercermin saat merayakan ultah MMC lalu. Meski dirayakan
secara sederhana dengan kenduri nasi tumpeng, anggota tertua mendapat
penghormatan untuk paling pertama disuapi. “Akrab dan penuh kekeluargaan tentu
saja. Perayaan HUT itu sebagai ungkapan rasa syukur atas jalinan silaturahmi
yang dibangun antarsesama anggota.”
Tidak ada
persyaratan khusus untuk yang mau bergabung, yang penting punya MTB. Soal merek
dan jenis, terpulang dan disesuaikan dengan kemampuan pribadi masing-masing.
Untuk kemudahan, yang penting ukuran MTB harus sesuai dengan umur dan tinggi
badan pemiliknya.
Sepeda
mahal tidak menjamin enak digowes, apalagi kalau ukurannya tidak selaras dengan
yang menaiki. “Boleh saja membeli MTB yang mahal asal sesuai kemampuan isi
kantong. Kami juga sering memberi masukkan tentang kesesuaian antara sepeda
dengan pemiliknya, makanya setiap pertemuan rutin Minggu pagi selalu ada
diskusi kecil di antara kami,” paparnya.
Selain
saling mengisi untuk urusan sepeda yang cocok, beberapa anggota senior juga
membimbing anggota baru tentang bersepeda yang baik dan nyaman. Ukuran tinggi
sadel sering menjadi perhatian khusus, termasuk cara memanfaatkan gigi
kecepatan di medan yang berbeda; untuk jalanan rata, mendaki, hingga menurun.
Faktor
keselamatan bersepeda juga menjadi hal yang tidak pernah mereka abaikan.
Apalagi, tujuan utama bersepada adalah demi kesehatan. Bagaimana bisa sehat
kalau keselamatan bersepeda terbaikan? Makanya keharusan mengenakan helm,
sepatu, kostum yang nyaman, dan kelaikan sepeda kerap jadi perhatian.
Said
menekankan, setiap jenis olahraga memiliki kekhasan tersendiri. Namun, apa pun
jenisnya harus tetap dilakukan dengan cara yang tepat, rutinitas latihan, dan
stamina yang prima. Kalau tidak, bisa berakibat buruk.
Tentu hal
tersebut juga berlaku untuk olahraga bersepeda. Satu yang menjadi keharusan
sebelum menggowes, apa itu? Harus punya MTB dulu.
Sekian artikel saya yang ke-66, berikutnya saya akan membahas tentang Komunitas sepeda Gunung Kalimantan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar